sabar adalah suatu sifat terpuji yang memang harus di miliki oleh seorang muslim dan muslimah yang baik. sabar itu memang pahit, tapi akan berbuah manis. memang kesabaran itu ada batasnya, tapi yang tau batas kesabaran sesorang hanyalah allah, dan allah tidak akan pernah pernah mencoba hambanya diluar kemampuan hambanya.
Ibnu
Katsir menjelaskan satu prinsip dan kaidah dalam memahami Al-Qur’an
berdasarkan ayat ini bahwa meskipun ayat ini bersifat khusus ditujukan
kepada Bani Israel karena konteks ayat sebelum dan sesudahnya ditujukan
kepada mereka, namun secara esensi bersifat umum ditujukan untuk mereka
dan selain mereka. Bahkan setiap ayat Al-Qur’an, langsung atau tidak
langsung sesungguhnya lebih diarahkan kepada orang-orang yang beriman,
karena hanya mereka yang mau dan siap menerima pelajaran dan petunjuk
apapun dari Kitabullah. Maka peristiwa yang diceritakan Allah Taala
tentang Bani Israel, terkandung di dalamnya perintah agar orang-orang
yang beriman mengambil pelajaran dari peristiwa yang dialami mereka.
Begitulah kaidah dalam setiap ayat Al-Qur’an sehingga kita bisa
mengambil bagian dari setiap ayat Allah swt. “Al-Ibratu Bi’umumil Lafzhi
La Bikhusus sabab” (Yang harus dijadikan dasar pedoman dalam memahami
Al-Qur’an adalah umumnya lafazh, bukan khususnya sebab atau peristiwa
yang melatarbelakanginya”.
Perintah dalam ayat di atas
sekaligus merupakan solusi agar umat secara kolektif bisa mengatasi
dengan baik segala kesulitan dan problematika yang datang silih
berganti. Sehingga melalui ayat ini, Allah memerintahkan agar kita
memohon pertolongan kepada-Nya dengan senantiasa mengedepankan sikap
sabar dan menjaga shalat dengan istiqamah. Kedua hal ini merupakan
sarana meminta tolong yang terbaik ketika menghadapi berbagai kesulitan.
Rasulullah saw selaku uswah hasanah, telah memberi contoh yang konkrit
dalam mengamalkan ayat ini. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad dijelaskan bahwa, “Sesungguhnya Rasulullah saw apabila
menghadapi suatu persoalan, beliau segera mengerjakan shalat“.
Huzaifah
bin Yaman menuturkan, “Pada malam berlangsungnya perang Ahzab, saya
menemui Rasulullah saw, sementara beliau sedang shalat seraya menutup
tubuhnya dengan jubah. Bila beliau menghadapi persoalan, maka beliau
akan mengerjakan shalat“. Bahkan Ali bin Abi Thalib menuturkan keadaan
Rasulullah saw pada perang Badar, “Pada malam berlangsungnya perang
Badar, semua kami tertidur kecuali Rasulullah, beliau shalat dan berdo’a
sampai pagi“.
Dalam riwayat Ibnu Jarir dijelaskan
bagaimana pemahaman sekaligus pengamalan sahabat Rasulullah saw terhadap
ayat ini. Diriwayatkan bahwa ketika Ibnu Abbas melakukan perjalanan,
kemudian sampailah berita tentang kematian saudaranya Qatsum, ia
langsung menghentikan kendaraanya dan segera mengerjakan shalat dua
raka’at dengan melamakan duduk. Kemudian ia bangkit dan menuju
kendaraannya sambil membaca, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali
bagi orang-orang yang khusyu’“.
Secara khusus untuk
orang-orang yang beriman, perintah menjadikan sabar dan shalat sebagai
penolong ditempatkan dalam rangkaian perintah dzikir dan syukur. “Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan
bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)Ku. Hai
orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah swt senantiasa bersama dengan orang-orang
yang sabar“. (Al-Baqarah: 152-153). Dalam kaitan dengan dzikir,
menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong adalah dzikir. Siapa yang
berdzikir atau mengingat Allah dengan sabar, maka Allah akan
mengingatnya dengan rahmat.
Masih dalam konteks orang
yang beriman, sikap sabar yang harus selalu diwujudkan adalah dalam
rangka menjalankan perintah-perintah Allah Taala, karena beban berat
yang ditanggungnya akan terasa ringan jika diiringi dengan sabar dan
shalat. Ibnul Qayyim mengkategorikan sabar dalam rangka menjalankan
perintah Allah Taala termasuk sabar yang paling tinggi nilainya
dibandingkan dengan sabar dalam menghadapi musibah dan persoalan hidup.
Syekh
Sa’id Hawa menjelaskan dalam tafsirnya, Asas fit Tafasir kenapa sabar
dan shalat sangat tepat untuk dijadikan sarana meminta pertolongan
kepada Allah Taala. Beliau mengungkapkan bahwa sabar dapat mendatangkan
berbagai kebaikan, sedangkan shalat dapat mencegah dari berbagai
perilaku keji dan munkar, disamping juga shalat dapat memberi ketenangan
dan kedamaian hati. Keduanya (sabar dan shalat) digandengkan dalam
kedua ayat tersebut dan tidak dipisahkan, karena sabar tidak sempurna
tanpa shalat, demikian juga shalat tidak sempurna tanpa diiringi dengan
kesabaran. Mengerjakan shalat dengan sempurna menuntut kesabaran dan
kesabaran dapat terlihat dalam shalat seseorang.
Lebih
rinci, syekh Sa’id Hawa menjelaskan sarana lain yang terkait dengan
sabar dan shalat yang bisa dijadikan penolong. Puasa termasuk ke dalam
perintah meminta tolong dengan kesabaran karena puasa adalah separuh
dari kesabaran. Sedangkan membaca Al-Fatihah dan doa termasuk ke dalam
perintah untuk meminta tolong dengan shalat karena Al-Fatihah itu
merupakan bagian dari shalat, begitu juga dengan do’a.
Memohon
pertolongan hanya kepada Allah merupakan ikrar yang selalu kita
lafadzkan dalam setiap shalat kita, “Hanya kepada-Mu-lah kami menyembah
dan hanya kepadaMulah kami mohon pertolongan“. Agar permohonan kita
diterima oleh Allah, tentu harus mengikuti tuntunan dan petunjuk-Nya.
Salah satu dari petunjuk-Nya dalam memohon pertolongan adalah dengan
sentiasa bersikap sabar dan memperkuat hubungan yang baik dengan-Nya
dengan menjaga shalat yang berkualitas. Disinilah shalat merupakan
cerminan dari penghambaan kita yang tulus kepada Allah.
Esensi
sabar menurut Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dapat dilihat dari dua
hal: Pertama, sabar karena Allah atas apa yang disenangi-Nya, meskipun
terasa berat bagi jiwa dan raga. Kedua, sabar karena Allah atas apa yang
dibenci-Nya, walaupun hal itu bertentangan keinginan hawa nafsu. Siapa
yang bersikap seperti ini, maka ia termasuk orang yang sabar yang Insya
Allah akan mendapat tempat terhormat.
Betapa kita sangat
membutuhkan limpahan pertolongan Allah dalam setiap aktivitas dan
persoalan kehidupan kita. Adalah sangat tepat jika secara bersama-sama
kita bisa mengamalkan petunjuk Allah dalam ayat di atas agar permohonan
kita untuk mendapatkan pertolongan-Nya segera terealisir. Amin
0 komentar:
Posting Komentar